17 Juli 2008

Scabies

Sabtu 12/07/08, jari tangan kiriku gatal, kemudian minggunya makin menjalar ke seluruh tangan dan kaki. Seninnya badanku juga ikut gatal-gatal. Karena kebiasan mengaruk sesuatu yang gatal mengasyikan membuat seluruh badanku ikut gatal.

Aku beserta istriku pergi ke RS Advent Medan untuk berobat, sekaligus mencari tahu perihal gatal-gatal tersebut. Setelah mendaftar kami masuk ruang tunggu, menunggu panggilan dari suster untuk diperiksa dokter. Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya kami disuruh masuk, dokter umum yang memeriksa menanyakan perihal penyebab gatal-gatal tersebut. Setelah memeriksa dengan steteskopnya, kami disuruh untuk mengikuti salahsatu suster ke laboratorium untuk pemeriksaan darah. Setelah menunggu pemeriksaan darah, dokter memutuskan untuk memanggil dokter kulit yang kebetulan sedang berada di luar. Dokter menyatakan kalo pemeriksaan darah bagus, tensi bagus, suhu badan bagus. Jadi dia tidak dapat memberikan kesimpulan atas penyakit tersebut, karena dugaan sebelumnya kalau aku demam berdarah.

Sembari menunggu dokter kulit yang tak tahu berada entah dimana, kami memutuskan untuk makan di kantin rumah sakit tersebut. Padahal suster bilang kalo dokter kulitnya akan segera datang jadi tunggu aja di ruang tunggu. Berhubung sudah pengalaman dengan karakter Indonesia khususnya daerah Medan, kadang kata sebentar memakan waktu cukup lama sehingga kami putuskan untuk makan dulu ke kantin.

Kantin sederhana dengan jajanan sederhana bahkan bisa dibilang minim dan menu yang juga minim, jadi kami mutuskan untuk makan kerupuk udang dan memesan mie goreng. Setelah melahap kerupuk dan menyantap mie goreng kami kembali ke ruang tunggu, kami berpapasan dengan suster dan dokter yang baru saja datang. Suster mengajak kami untuk langsung menuju praktek dokter kulit. Dokter yang baru datang langsung menanyakan perihal keadaan saya dan kenapa mengenakan jaket, setelah menjawab seadanya aku dipersilakan untuk menaiki tempat tidur pemeriksaan. Si dokter melihat bintik-bintik merah yang ada pada tubuhku, kemudian dia menanyakanku perihal apakah aku baru dari luar kota. Aku pikir dokter ini dukun apa paranormal kok tau kalo aku baru dari luar kota, sambil berseloroh aku bilang emang dari bintik-bintik merahnya ketahuan ya dok kalo aku baru keluar kota. Si dokter diam dan melanjutkan pertanyaan apa aku menginap di hotel dan menanyakan istri apa ia juga gatal-gatal.
Setelah menjawab tetek bengek yang tidak perlu, si dokter berkesimpulan kalo aku tertular kutu bernama "scabies". Hal ini bisa ditularkan dari teman atau karena kasur yang sudah lama tidak dijemur. Kemudian dia juga menanya tentang teman yang tinggal serumah yang dio tanjung balai, apakah ada yang menderita seperti penyakit bintik merah dimaksud, kemudian saya teringat dengan Pak Lansius di punggungnya ada sekumpulan bintik merah dan langsung aku sampaikan ke dokter. Si dokter langsung bilang kalo aku tertular dari bapak tersebut, ketika kutanya cara penularannya si dokter bilang, bisa dari tempat tidur yang dipakai oleh si penderita dari kursi atau wadah lain yang membuat ada kontak perantara dengan si penular.
Pernyataan si dokter menurut saya paradoks karena saya beserta anak saya tidur selama dua malam di kasur yang sama tapi istri dan anak-anak saya tidak tertular, si dokter bilang itu bisa kalo kasurnya dijemur. padahal kapan pula kami jemur kasur, si dokter ngawur menurutku, aku hanya diam saja ketika dia buat resep menurut dia hanya asal jawab saja akibat ketidaktahuan dan kebodohannya.

Setelah membayar semua biaya periksa di kasir kami pulang ke rumah, dan ketawa mengenai hasil pemeriksaan dari kedua dokter tersebut.

Tidak ada komentar: